Menikmati keindahan Wonosobo part I (Di kalibeber)

Ilustrasi Bis Malino  Tiba di Wonosobo

Bulan itu bulan Desember saat aku dan anak istriku menginjakkan kaki di  kota wonosobo.

aku naik bis malino warna biru. aku kira menyenangkan bisa berlibur seperti ini setelah bekerja penat.

aku turun dari bis di sekitar alun-alun wonosobo. aku lihat sekitar …hm… wonosobo kota yang sudah lama kurindukan setelah terakhir tahun 2005 aku ke sana.

aku segera menuju pangkalan hijet, sebutan angkutan di wonosobo.

“Ajeng pundi mas , Maring kalibeber yuk”

beberapa ojek menawarkan padaku ke kalibeber, aku tidak begitu kaget dengan tawaran mereka yang langsung menyebut kalibeber, sebab memang hari itu adalah hari besar di kalibeber sedang ada hajatan tepatnya khataman. entah khataman yang ke berapa aku sendiri kurang ingat.

“Boten maturnuwun”, tolakku halus,

Rita Wonosobo

Rita Wonosobo

beberapa ojek pun datang lagi dan menawarkan hal yang sama aku pun sama menolak dengan halus.

aku menolak tawaran ojek , aku lebih memilih naik hijet selain ekonomis aku juga bawa koper yang memang mengharuskan naik angkutan.

di dalam hijet ada tiga orang bapak yang memakai peci hitam, aku menduga bahwa ketiga ketiga bapak ini sama tujuanku yakni kalibeber , di sana anaknya khataman sehingga sebagai ayah ingin rasanya melihat anaknya ikut khataman. sementara menunggu hijet jalan aku bercerita pada istriku bahwa angkutan ini disebut hijet oleh masyarakat wonosobo.

hijet pun penuh dan meluncur……

Ya Allah akhirnya aku kembali akan ke kalibeber…. thanks god…

Sepanjang Perjalanan

Di dalam hijet aku bercerita kepada istri saat melewati tempat-tempat tertentu.

“Mi ini mi dulu abah main sampai sini jalan kaki” saat melewati suatu jalan

“ini mi lapangan kemiri biasanya kalau olahraga ke sini” saat melewati lapangan kemiri

“sebelahnya puskesmas dulu abah pernah berobat ke sini waktu sakit kelas satu jalan kaki”

“kalau itu mi itu UNSIQ , dulu waktu abah masuk dulu masih belum seperti ini , abah sempet main di situ aualanya, wah sekarang sudah maju ya”

aku terus saja berceloteh pada istri, sementara istri memangku anak sambil nengok yang aku tunjuk. ngga tahu bener2 ingin tahu yang aku ceritakan atau ngga enak saja sama aku bila ngga respon, atau mungkin dia ngantuk jadi dia nengok buat menghilangkan ngantuknya. ah tahu ngga ah aku masih saja bercerita pada istri.

“mi ini jambean namanya” saat hijet melwati daerah jambean yang menandakan hampir sampai

Tiba di Kalibeber

wonosobo

wonosobo

perasaanku tak karuan saat hijet sudah sampai di terminal kalibeber.

Ya Allah sampai juga aku….

aku lihat sekeliling saat turun dari hijet…

“wah mi udah ramai” aku lihat di sekeliling memang sudah ramai orang berpakaian busana muslim dan ada beberapa bazar yang sudah mulai pasang.

“ko kaya di daarut tauhid ya bah” kata istri yang memang pernah ke daarut tahuid saat diajak temannya sewaktu masih gadis.

” di daarut tauhid mirip seperti ini ramai” lanjutnya.

Aku segera mengambil handphone ku .

“zi kamu dimana aku udah nyampai di terminal?”, aku langsung menelpon syaerozi yang memang sebelumnya sudah kukonfirmasikan kedatanganku.

“hai zal, aku sedang ada rapat, kamu ke kantor putri dulu tunggu aku nanti aku nyusul”, jawab syaerozi

“ayo mi” aku segera menarik koper dan mengajak istri yang menggendong anak ke kantor putri.

aku masuk komplek al-asy’ariyyah..

hmm…. ada rasa kangen menyeruak di hati..

aku pandangi kamarku dulu Blok G2 tempat aku 3 tahun disana. aku kangen masa itu

aku tanya seorang santri kecil yang di depan dalem. “mas kantor putri mana ya”

Oh… aku baru tahu ternyata kantor putri itu adalah kantor yang dulunya kantor putra.

“assalamualaikum” aku duduk memandangi sekitar kantor

hmm… masih seperti yang dulu kantornya tidak berubah. sementara istri dan anakku melihat ikan dari atas kantor

aku menunggu syaerozi di dalam.

ternyata syaerozi di al-asy’ariyyah tadinya adalah lurah pondok. dia dipanggil Pak Ozi dan terkenal baik oleh santriwan maupun santriwati.

“Oh… rencange Pak ozi, mangke nggeh tak telponke riyen wau sih taksih rapat” kata salah seorang pengurus pusat santri putri

10 menit berlalu……

Pertemuan dengan Syaerozi

perpustakaan Al-Asy'ariyah

Perpustakaan Al-Asy'ariyah

“Mahrizal..Assalamualaikum….” suara syaerozi masuk ke kantor

“Ya Allah zi…”

kami berpelukan

“Wis sepuluh tahun ora ketemu” kata syaerozi

“piye piye kabare”, ah syaerozi belum berubah sikap akrabnya senang aku

kami langsung bertanya-tanya mengenai kabar, kabar teman-teman yang lain dan ustadz-ustadz yang dulu.

“kang Syamsur sekarang dimana zi”

“Beliau sekarang tinggal di deket UNSIQ”

setelah melepas kangen dengan syaerozi istri memberi aba-aba kalau dia lapar,

oh ya bener semenjak turun dari bis kita belum makan ,

“zi aku pamit makan dulu ya”

“ya nanti tapi ke sini lagi ya , udah barang2 nya taruh kantor saja aku yang tanggung jawab”

“nanti kamu nginepnya di orda nanti aku koordinasikan dengan ketua orda pemalang”

ah…. ini gunanya teman pikirku.. sementara aku masih bingung mau nginep di mana , syaerozi temanku membantuku

“koe nang kene tenang wae”. lega hatiku setelah dikatakan seperti itu.

Warung makan Berkah

Aku masuk di warung ini , meski dulu aku bukan pelanggan Berkah namun sesekali dulu aku pernah makan di sini.

“Tasik kilingan kula” tanyaku pada Mba di Warung Berkah, Ibunya sedang tidak ada jadi yang ada hanya anaknya

“alumni kan ? iyo ning alumni wajah isih kilingan , cuma ning jeneng wis ora kilingan”

ternyata di warung makan berkah ini berganti cara pesannya, kalau dulu yang santri bilang makan lauk sama tempe terus sayur penjualnya yang mengambilkan namun kini para santri mengambil sendiri nasi, lauk dan sayurnya tinggal nanti setelah usai dihitung.

sepertinya kabar itu benar adanya, kabar mengenai santri tidak boleh makan di luar dan hanya boleh di dalem. aku lihat warung makan tidak seramai dulu. mungkin warung Berkah salah satu warung yang bertahan. warung makan In’am yang tidak jauh dari berkah pun aku lihat sudah tidak ada.

“Bu sampun” kataku sambil menghitung apa yang sudah kami makan.

“Murah ya bah” kata istri, aku hanya mengiyakan , iya benar murah sebab aku dan istri sudah terbiasa di jakarta yang bisa dikatakan biaya hidup mahal.

Ke Penginapan Orda

setelah makan aku mengjak istri ke rumah Abdullah Jambean. namun setelah saya masuk di rumahnya ternyata dia sedang mengajar di wonosobo bersama Nur Hidayati yang sekarang menjadi kakak iparnya.sementara aku berbincang dengan kakaknya ,Mas Maksum atau suami dari Nur Hidayati.

Mas Maksum bercerita bahwa dia membantu pendidikan anak-anak jalanan dengan menyediakan sekolah gratis.

Akupun pamitan….

aku nelpon syaerozi

“Zal kamu di Jambean ya, kebetulan zal, orda pemalang itu ada di Jambean coba kamu cari penginapannya kalau ketemu ketua ordanya bilang kamu alumni kalau perlu kamu disuruh aku” kata nya di telpon

ternyata penginapan orda ada di Jambean tidak jauh dari rumah Abdullah…

wah kebetulan aku belum keluar dari wilayah Jambean, segera kucari penginapan pemalang

“mas tahu orda pemalang ngga” tanya ku pada seorang santri yang kulihat

“oh itu mas ikuti santri itu saja, dia juga mau ke orda pemalang” benar saja ada yang mau ke orda pemalang

aku pun mengikutinya dan akhirnya sampailah di penginapan orda pemalang….

wuih alhamdulillah akhirnya bisa istirahat di sini.

bersmbung part II…. (belum ditulis)..

5 pemikiran pada “Menikmati keindahan Wonosobo part I (Di kalibeber)

  1. Ping balik: Menikmati keindahan Wonosobo part II (Ke Ndero) « Mahrizal

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s