Tulisan ini merupakan terusan dari yang pertama : Menikmati keindahan Wonosobo part I (Di kalibeber)
Sudah setahun lebih perjalananku ke wonosobo tahun lalu,
suatu perjalanan yang menyenangkan yang berkesan bagiku maupun istriku
Di Orda
Di Orda aku segera berkenalan dengan orang di sana, baik santri, wali santri maupun tuan rumah yang sangat ramah
suasana orda teduh, nyaman menurutku
dengan luas rumah yang boleh dibilang cukup
ada wali santri yang sedang menengok anaknya
ada santri yang sedang sibuk di dapur, ada alumni yang ikut bantuin memotong kertas untuk dekorasi
aku jadi berkenalan dengan mereka
menyenangkan suasananya
setelah pikiran ini sebelumnya penat, penuh dengan coding dan database,
perjalananku ke kalibeber ini sungguh fresh
udaranya sejuk, dingin dan segar
orang-orangnya ramah, baik, santun dan menyenangkan
itulah aku kenapa jatuh cinta kepada wonosobo wabil khusus kalibeber tercinta
sudah jam 11, ramah tamah pada tamu sepertinya cukup aku segera persiapan shalat jumat
aku segera ke belakang ke kamar mandi
terdengar teriakan anakku di kamar mandi yang sedang dimandikan istriku
namun teriakan2 nya terdengar senang , ah pasti dingin airnya
istriku pun membuka pintu,
“ini anam kesenengen mandi , padahal airnya dingin”
“haha” aku ikut tertawa melihat anakku tertawa seneng mandi dengan air dingin , suatu hal yang mustahil ada di Jakarta
aku pun mandi
“brrr..” dinginnya ..
ini nih air kalibeber yang sudah lama aku tidak merasakannya , enak segar
selain air di bak mandi ada juga pipa yang mengalirkan air terus menerus
di kalibeber yang daerah pegunungan memang bukan hal yang aneh ketika air mengalir terus menerus
mungkin istriku yang baru pertama kali
dingin memang namun segar, suatu kesegaran yang tidak aku temukan di jakarta
dengan mengenakan sarung dan baju koko ala santri aku pun berangkat shalat jumat….
Pertemuan dengan Bu Jun
melewati terminal kalibeber aku berpapasan dengan sesosok orang yang masih kukenal
orang yang tidak asing di memory otakku
betapa tidak beliau salah satu dari guruku di SMP
orang itu masih awet muda sebagaimana dulu beliau mengajarku, Bu Jun
ya beliau adalah bu Jun guru PKK di SMP ku, subhanallah meski aku sudah bertambah usia namun wajahnya masih segar sebagaimana dulu
Beliau seperti mau pulang ke rumah mungkinkah beliau pulang dari mengajar
Beliau berjalan di antara keramaian terminal kalibeber
aku berhenti berjalan dan mencoba menyapanya
“Bu Jun…” sapaku
Beliau pun ikut berhenti
“eh iya siapa ya..” jawab beliau ramah
“masih inget sama aku ?” tanyaku
“siapa ya agak agak lupa”
“aku mahrizal angkatan 2000″
” sakniki ngasta napa (sekarang kerja apa ?)”
“Di jakarta ibu di perusahaan konsultan”
“terus Ke sini sama siapa”
“sama anak istri”
“nginepnya di mana”
“di ORDA ibu, aku mau shalat jumat dulu ya bu”
“Oh ya… ayo nanti mampir”
“terima kasih”
aku segera meneruskan langkahku ke masjid
senang rasanya bisa beruntung bertemu dengan salah satu guru SMP
aku segera masuk ke dalam masjid,
sudah banyak orang di dalamnya, beberapa santri terlihat sedang memegang Al-Qur’an sambil menunggu dikumandangkannya adzan
ah… suasana yang indah , meski pun tidak keras dari beberapa santri yang membaca Al-Qur’an terasab bergemuruh di masjid dengan gaya masing-masing
ada yang pelan ada yang cepet ada yang penuh melihat mushaf ada pula yang sedang hafalan memegang namun tidak sepenuhnya melihat
indah sekali keadaan di masjid waktu itu
aku mengambil tempat di bagian shaf depan sebelah kanan dekat dengan jam besar karena memang sedang ada yang kosong
hm….. tidak banyak berubah dari masjid ini
memory ku kembali ke 11 tahun yang lalu , dimana di tempat ini lah aku sering memegang buku
ya di deket jam besar sebelah pojok kanan depan
dengan disinari mentari melalui jendela kaca aku tengkurap membaca buku demi buku menelaah pelajaran
tempat aku menghafal dan mengisi PR
tempat ini pula aku bermunajat kepada Allah di waktu malam di saat orang lain terlelap dalam tidur
Tempat ini dipakai buat ngaji dengan pak soleh tambi tiap pagi dan sore dengan Pak soleh berdiri dan kami semua santri duduk memegang Al-Qur’an
tempat itu pula kadang memet temanku memintaku untuk menyimak dan dia sendiri membaca Al-Qur’an, dia akan marah ketika aku menolak
tempat penuh kenangan… tempat di depan jam besar pojok kanan depan
setelah shalat likhurmatil masjid aku mengambil Al-Qur’an di samping bedug, ah.. masih seperti yang dulu bedug nya begitu pula dengan tumpukan Al-Qur’an dengan ciri khas nya
aku ikut hanyut dalam gemuruh suara bacaan Al-Qur’an saat itu hingga suara adzan jumat dikumandangkan yang menandakan bahwa khutbah jumat segera dimulai
Khatib nya Pak Khatab , subhanallah … aku rindu dengan suara ini, suara berwibawanya materi ceramahnya, aku ingat dulu diantara semua khatib di masjid
yang paling aku suka adalah pak khatab , enak didengar berwibawa dan materinya masuk
sebenarnya aku ingin sekali mendengarkannya sudah 11 tahun aku tidak mendengarkan khutbah nya
namun ternyata aku dilanda kantuk berat, mungkin karena dari turun dari bis tadi pagi hingga shalat jumat belum istirahat aku mulai ngantuk
aku pun tertidur dalam duduk hingga terngiang2 sudah berdoa dan sudah qamat, segera aku bangun ikut mendirikan shalat jumat
Pertemuan dengan Pak Yasin
“Assalamualaikum warahmatullah” Imam menyudahi shalat jumat
shalat jumat pun usai…,setelah wirid dan doa aku beranjak pergi
dan aku melihat seorang yang tidak mungkin aku tidak ingat
seorang yang bertubuh besar berjalan mau keluar dari masjid
orang ini.. tidak salah lagi … Pak Yasin
segera aku mengejar ,
“pak Yasin”
beliau berhenti, aku segera salaman mencium tangannya
“masih ingat sama saya pak”
“orang pemalang kan”
“iya pak, Mahrizal angkatan 2000”
“datang kapan”
“tadi pagi pak”
“udah nikah”
“alhamdulillah sudah pak”
“ayo mampir ke rumah”
“Ya pak insya Allah”
beliau segera meneruskan pulang ke rumah
sedangkan aku, aku sempatkan untuk melihat blok2 di pondok
aku ingin tahu bagaimana keadaan sekarang
aku melewati blok E, blok F,
ah.. aku sedih melihat keadaanya,
ternyata tidak rapi, masih rapi zamanku dulu
terlebih sewaktu masih ada Pak Luqman
aku cukup melihat2nya, blok2 nya tidak sebersih dan serapih zamanku dulu
ataukah karena ini sedang ada haflah sehingga seperti ini
aku sendiri tidak tega dan tidak tahan melihat ketidakrapian nya
sewaktu mau pulang aku melihat syaerozi duduk di depan kantor pusat santri putra dan sedang dikerumuni banyak santri
wajar dia tadinya lurah pondok
kantor pusat santri putra adalah blok C dulu nya, yang mana ada sedikit tangga di depan pintu
dan syaerozi sedang duduk di tangga tersebut bersama para santri, setelah dikenalkan kepada ketua ORDA pemalang
aku pun pulang ke orda…
Perjalanan ke Ndero
Ibarat sayur tanpa garam jika ke kalibeber tapi tidak ke ndero,
Ndero suatu tempat yang menurut ku menyimpan beberapa kenangan
dengan jarak 8 km dari kalibeber dulu para santri berjalan kaki untuk berziarah ke sana
melewati pemandangan2 yang hijau udara yang sejuk membuat para santri secara tidak langsung menjadi sehat karena jalannya yang naik turun
dulu jalannya masih belum diaspal, masih tanah , kalau panas berdebu kalau hujan becek tapi menjadi satu kesatuan nikmat ketika berjalan bersama teman-teman yang lain
dulu setelah shalat shubuh para santri mulai berjalan bahkan ada yang dari semalam sudah berangkat
memori yang manis yang tidak akan mudah dilupakan olehku mungkin juga oleh semua santri
selain mengenang masa manis dulu di Ndero ada sebuah makam yang menurut santri patut diziarahi, yakni Makam Mbah Mun
seorang ulama kharismatik pengasuh pondok yang di usia senja nya masih hafal Al-Qur’an di luar kepala
seorang ulama yang mengayomi santri dan penduduk sekitar sehingga namanya berkibar di seluruh pelosok wonosobo bahkan luar kota
ya di Ndero lah tempat Mbah Mun beristirahat menghadap sang Khalik berdekatan dengan makam ayahnya KH. Asy’ari
guruku tercinta yang telah berpulang maka selagi di kalibeber wajib bagiku untuk sowan ke sana sebagai rasa ta’dzimku kepada guru
Mbah Mun kini santrimu datang….
aku segera mengajak istriku ke ndero
“Ayo mi ke Ndero, makamnya Mbah Mun”
“tebih bah?”
“8 km”
akhirnya aku dan istri mengojek ke sana, jalan di kalibeber mulai padat siang itu, mobil2 berdatangan dan bazar2 sudah mulai membuka dagagannya
sehingga sempat tersendat di perempatan kalibeber
ojek pun turun menyusuri jalan…
oh.. kali serayu…., menyenangkan bisa melihat kali itu lagi, aku ingat ketika kelas 1 aku pernah tenggelam di kali gelagapan yang akhirnya ditolong oleh Adib mahfudz
ojek pun kembali naik mengikuti jalan yang naik sementara istri menggendong anak membonceng ojek di belakang ojek ku.
benar saja aku seperti disuguhi pemandangan yang luar biasa, pegunungan yang hijau, jalan yang meliuk liuk yang membuat pikiranku segar
sampai juga aku di makam Ndero..
sudah beda dengan yang dulu
dulu ketika aku lulus belum ramai masih sepi
sekarang di depan makam sudah ada gapura
sudah ada pula sekolah MI dan pesantren di situ
ramai santri
aku sampai lebih dulu dibanding istriku
aku melihat dari kejauhan istriku dengan menggendong anak dengan ojeknya naik turun jalan
ah jauh juga ya jarak ku dengannya tadi
istriku pun sampai di makam
aku dan istri segera mengambil air wudlu
masuk ke area pemakaman sudah banyak orang yang sedang berziarah
ada santri ada pula wali santri mungkin juga alumnus sepertiku
“ayo mi masuk” ajakku
aku mengambil Al-qur’an untuk membaca Yasin
dan duduk di bawah makam sebab yang di atas sudah ada orang
aku terlarut dalam khidmat pembacaan Yasin ku
tempatnya sekarang bagus
dulu masih alami
masih tanah alami kanan kiri pepohonan sambil jongkok membaca Yasin
sekarang sudah rapi bisa duduk di area makam
istriku kerepotan karena selain baca Yasin jaga harus jagain anakku
yang inginnya kesana sini
khidmat…
di sekitarku juga saling sahut menyahut baca Yasin
ketika orang yang di atas , yakni di depan makam pas sudah baca Yasin nya dan keluar
aku mengajak istri pindah tempat ke depan makam
Mbah Mun aku datang
aku melihat kuburnya
Kyaiku tercinta yang kuharapkan bisa bertemu dengannya kelak di akhirat
Aku juga pernah dimarahi mbah Mun karena aku tidak bisa
saat itu pas khataman simbah hari kamis sore di masjid aku maju di depan berdiri bersama yang lain, karena aku duduknya di depan dan itu hari pertama mbah mun menyuruh santrinya maju maknai , waktu yang lain sudah selesai tinggal aku sendirian pegang Al-Qur’an, saat itu aku baca surat Al-kafirun : Qul ya ayyuhal kafirun : he ileng2 wong kafir, laa ‘abudu Ma ta’budun : ora nyembah sopo ingsun ing…. ing..ing ..au au.aku kesulitan ngga tahu artinya akhirnya simbah benerin dengan suara keras yang buat aku pucat takut sama malu
tapi hikmahnya aku jadi tambah giat belajar rajin baca Al-Ibriz sehingga seterusnya saat aku maju sudah lancar dan aku dimarahi lagi
pernah beredar mitos bahwa dulu2 kalau santri dimarahi mbah Mun besoknya jadi pinter karena dapat berkahnya, aku percaya selain karena berkah juga karena besoknya santri akan giat belajar tidak aneh bila dia jadi pintar
aku pun meneruskan baca Yasinku
setelah selesai akupun berdoa dengan khusyu’ dan haru
aku mengajak istriku pulang saat selesai semua
tukang ojek yang sedari tadi menunggu segera memboncengkan aku dan istri
aku sebetulnya ingin menikmati udara dero lebih lama ingin jalan ke bawah turun
ingin ke kali deket makam , dulu dinginnya….
aku ingin itu
tapi aku ngga enak dengan tukang ojek
hanya berniat lain kali kalau aku ke dero lagi aku minta tukang ojeknya pulang duluan
biar aku lebih lama menikmati suasana di sini
pulangnya nanti turun ke dero ngisor sepertinya ada ojek di sana
kapan aku kesana lagi?
suatu saat nanti insya Allah pasti
Sore hari….
sepulang dari Dero adalah sore,
ba’da ashar lebih ramai dari siang tadi
jalanan perempatan kalibeber macet
daripada di orda aku mengajak istri silaturrahim ke guru2,
aku ingat Pak mahmud ya guru bahasa indonesia ku yang baik hati
aku terkesan dengan guru tersebut
“mi ke Pak Mahmud yuk”
istriku pun mengiyakan
aku kangen dengan beliau
gaya mengajarnya pas
bahasanya enak mudah dicerna
beliau serius kalau saat harus serius kadang bercanda saat waktu bercanda
tidak jarang saat mengajar beliau menyisipkan sedikit dalil baik Al-Qur’an maupun Hadits
ulangan pun beliau seringnya dikte
sehingga kecil kemungkinan murid-murid nyontek
pernah pula hal yang tidak ada di pelajaran tapi muncul di ulangan
seperti waktu kelas 2 bulan puasa saat ruangannya di bawah masjid karena gedung sekolah sedang direnovasi
saat itu hari sabtu ulangan bahasa indonesia
“pertanyaan terakhir, ini buat murid laki-laki
Apa yang membatalkan pahala puasa?
bagi yang kemarin shalat jumat mendengarkan khutbah pasti tahu jawabannya
”
bagi kami murid takhassus hal ini tidak lah mengherankan
beliau selalu menyisipkan unsur agama dalam mengajar maupun ulangan
tapi memang begitulah gaya beliau, nyentrik dan menyenangkan
sampai sekarang aku ingat soal itu , karena aku tidak bisa menjawabnya
maklum kemarin shalat jumat aku tertidur saat Pak Khatab khutbah
lain dengan Ruswanto dan teman-teman yang lain terlihat girang karena tahu jawabannya
“iya kemarin di khutbah ada, Pak Khatab”
Pak Mahmud sampai sekarang aku menulis ini pun aku masih kangen dengannya
aku pernah tahun 2005 ke rumahnya tapi beliau tidak ada di rumah
dan saat itu mumpung aku di kalibeber, tak akan kulewatkan waktu tanpa bertemu dengannya
“dimana rumahnya bah” istriku tanya
“dari perempatan ke sana mi” jawabku
aku menerobos kemacetan bersama istri
ada mobil ada motor ada pula orang lewat
hanya saja dalam hatiku menggumam ini memang ramai dan macet
tapi tidak seramai yang dulu
bazar nya pun lebih ramai dari ini
hujan pun turun seolah tidak ingin ketinggalan ikut menyambut khataman di kalieber
aku membeli payung kecil di toko deket perempatan
setelah menorobos jalan yang macet
aku membeli gorengan di pinggir jalan, dingin2 makan gorengan sepertinya enak pikirku
aku beramah tamah pada ibu2 penjualnya
“Ramai ya bu”
“ini sih sepi mas, dari tahun kemarin khatamannya sepi”
“Eh masa sepi bu, ini kan ramai”
“Kalau dulu lebih ramai lagi, semenjak orang kampung tidak dilibatkan”
Oh… aku jadi sedikit tahu sekarang
“Kalau dulu kenapa ramai itu orang-orang kampung sekitar ikut dilibatkan, sekarang sudah tidak jadi sepi”
Pantas.. greget nya kurang
“Mas dari mana”
“saya alumni cuma sudah lama tidak ke sini”
sekarang aku tahu kenapa gregetnya kurang tidak seperti yang dulu
aku segera meneruskan perjalananku
aku lihat sudah banyak kemajuan di kalibeber
ada gedung di sana sini yang dulu tidak ada di sepanjang jalan
aku masuk ke dalam sebuah gang
“Gangnya mana ya mi, Sepertinya ini mi gangny gang Pak Mahmud, coba yuk”
aku masuk
loh ko beda aduh….
mana ya..
akhirnya aku bertanya pada orang yang sedang di depan rumah
“Bapak maaf rumah pak Mahmud mana ya, dulu guru Takhassus”
ada ibu2 di rumah dekatnya pun ikut keluar karena ingin tahu
“Oh bukan di gang sini mas, gangnya ke sana lagi, mas keluar gang lurus lalu ada gang masuk”
“Oh ya terima kasih”
“Lha mas dari mana”
“Dari pemalang aku dulu muridnya”
“Ayo mampir dulu…”
“Iya terima kasih”
aku ngomong sama istri
“di sini hebat ya ramah tidak kenal tidak apa , nawarin mampir, di daerah kita pemalang tidak ya”
memang ini lah ramahnya orang wonosobo khususnya kalibeber
menjawab dengan ramah menawarin mampir
keramahan yang membuatku kangen untuk mengunjunginya
Setelah mengikuti petunjuknya akhirnya sampai juga lah aku ke rumahnya
“ini kayaknya mi, iya ini”
aku mengetok pintu
“Assalamualaikum”
tidak ada jawaban
“apa di pintu samping sini ya mi”
aku coba mengetuk pintu samping
“Assalamualaikum”
tidak lama ada yang menyahut dan membukakan pintu
“Waalaikumsalam”
tepat yang membuka adalah Pak Mahmud
guruku yang sudah lama ingin kutemui
Manarik sekali Zal kisahnya.. saat baca seakan-akan aku mengalami sendiri sambil membayangkan ada di kalibeber. moga2 acara kita di bulan April Sukses ya. Amin..
SukaSuka
Amin… iya Aini aku juga berharap acara reuni kita April nanti bisa benar2 terwujud dan berlangsung lancar
aku kangen dengan teman2 semua
SukaSuka
manstrab kang…
Alumni ASY-ARIYYAH..MANTABS.
mungkin beberapa tahun lagi saya juga akan sangat merindukan kalibeber,,
SukaSuka
mas masih di kalibeber ya
tidak lama lagi insya Allah saya ke sana mas
ada reuni
saya rindu dengan alam dan keramahan orangnya
SukaSuka