Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلم يَدْخُل الإيمَانُ قَلْبَهُ ! لاَ تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِيْنَ وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنْ تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ تَتَبَّعَ اللهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ تَتَبَّعَ اللهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ وَلَوْ فِي جَوْفِ بَيْتِهِ
“Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya akan tetapi iman belum masuk kedalam hatinya, janganlah kalian menghibahi kaum muslimin, dan janganlah pula mencai-cari aib mereka, sesungguhnya barang siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim maka Allah akan mencari-cari kesalahannya, dan barangsiapa yang Allah mencari-cari kesalahannya maka Allah akan mempermalukannya meskipun ia berada di dalam rumahnya” (HR Abu Dawud)
Ngeri ya ancaman Allah. Mending jangan coba2 deh cari2 kesalahan orang lain. Ngeri Allah kalau sudah tidak suka sama kita dan mempermalukan kita dunia akhirat.
Bagaimana kalau di depan kita ada yang Ghibah
Kalau berani kita ingatkan, sejatinya kita menyelamatkan saudara kita yang sedang ghibah agar tidak dibuka aibnya sama Allah. Mungkin dia khilaf. Dan itu bisa menjadi ladang pahala buat kita :
“Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (Surat Al-‘Ashr:3)
Kalau tidak berani, lebih baik tinggalkanlah mereka yang sedang berghibah, lebih baik menyelamatkan telinga kita agar meminimalkan pertanggung jawaban di akhirat kelak. Dosa kita sudah terlalu banyak.
Dan percayalah sekali saja kita dengarkan ghibah, setiap kita melihat saudara kita yang dighibahi bawaan kita akan suudzan. Setiap lihat akan suudzan. Bertambahlah saldo rekening dosa kita. Na’udzubillahi min dzalik
Tidak berani mengingatkan dan meninggalkan karena hanya berdua, Alihkan pembicaraan ke bahasan lain, Cari cara bagaimana agar kita selamat dari dosa ghibah.
Wallahu a’lam