Ramadhan lalu saya tes mental beranikan diri maju ke depan untuk memimpin doa.
Sederhana sebetulnya tapi butuh nyali gede. Maju di depan penumpang yang tidak kenal.
Tapi karena pingin ngajak doa apa salahnya.
Berani ngga ya…. berani ah…
“Mi abah mau tes mental ya, mau mimpin doa di depan”
“Ih jangan bah, malu….”
“Lha kenapa umi yang malu…”
“Jangan sih bah”
“Ngga apa2 mi….”
Saya pun maju ke depan minta izin ke supir dan kernet
Sekalian minta tolong musik nya dimatikan
Memang dari tadi ada musik dari video dangdut palapa..aduh… orang pantura ngerti biasanya
“Pak… boleh saya mimpin doa di bis pak?” Tanyaku sopan
“Oh ya mangga mangga…” jawab mereka dengan tak kalah sopan
Ternyata meskipun nyetelnya musik dangdut mereka masih cinta agama… mereka senang bila bisnya diisi dengan doa
Musik dangdut pun diberhentikan
Begitu musik berhenti dan saya berdiri di depan, sontak mata penumpang tertuju pada saya yang denga pedenya berdiri di depan..
Agak tegang juga sebetulnya pas dilihatin banyak orang
Saya mulai dengan salam untuk menyapa mereka
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh….”
Tak dinyana salam saya dijawab dengan serempak
“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh…”
“Bapak2…ibu2… mas2… mba2…adek2…”
Mulai saya merangkai kata
“Alhamdulillah bisnya sudah mulai berangkat ya..
Kita akan pulang kampung bersama, mudik bareng ke rumah ketemu orang tua, saudara…”
Penumpang mengangguk2
Saya berhenti sejenak mengambil nafas…
Saya lanjutkan kembali…
“Kita ingin perjalanan kita selamat sampai rumah…
Kita ingin perjalanan kita lancar….”
Penumpang kembali mengangguk2 mengiyakan
“Alangkah baiknya kita berdoa terlebih dahulu agar selamat sampai rumah
Bagaimana setuju….”
Ternyata dijawabnya dengan antusias
“Setuju…”
“Doa ini diajarkan oleh Rasulullah, ada di surat Azzukhruf ayat 13 – 14, saya dulu nanti bapak2 ibu2 ngikuti ya….”
Penumpang terlihat mengangguk2 mengiyakan
“Bismillahirrahmanirahim…..”
Diikuti oleh penumpang dengan kompak
“Bismillahirrahmanirrahim….”
“Subhanalladzi…..”
penumpang pun mengikuti kalimat perkalimat…..
“Subhanalladzi…”
“Sakhoro lana…. hadza…” dst
Mereka terlihat khidmat mengikuti melantunkan doa yang saya ajari.
“Semoga kita semua selamat sampai rumah dan ketemu orang tua dan saudara…”
“Aamiin…” sambut mereka…bahkan ada yang mengusap telapak tangan ke muka tanda sungguh2 dalam doanya
Kenapa saya berani?
Pertama karena saya ingin tes mental, berani ngga sih saya punya inisiatif mimpin orang2… maju ke depan… di depan orang2 yang ngga saya kenal…
Dan yang kedua, ini yang inti yang membuat saya berani, karena saya ingin mengajak mereka ingat sama Allah, itu aja….