Pendapat Ulama Tentang Qunut Subuh

Oleh KH. Siradjuddin Abbas dalam 40 Masalah Agama jilid 1

PENDAPAT ULAMA-ULAMA ISLAM YANG KENAMAAN

Untuk diketahui baik juga kami nukilkan perkataan Imam-imam, yaitu Ulama Islam yang menjadi ikutan bagi sekalian rakyat dalam menjalankan amal ibadatnya.

Kesatu

Tersebut dalam kitab Al Umm, pada juzu’ I, pagina 205, berkata Imam Syafi’I Rahimahullah :

“Tiada qunut dalam sembahyang selain subuh, kecuali kalau ada bala, maka boleh qunut kalau imam menyukai”.

Maksud beliau adalah, bahwa qunut hanya dilakukan dalam sembahyang subuh bukan dalam sembahyang 4 waktu yang lain, kecuali kalau keturunan bala, apabila imam memerintahkan.

Kedua

Tersebut dalam kitab Syarah al Muhazzab pada juzu’ III, pagina 492, berkata pengarangnya Imam Nawawi Rahimahullah :

“Dan adalah Sunnah Nabi Qunut pada sembahyang subuh pada raka’at kedua berdasarkan hadits Anas Rda.”

Ketiga

Tersebut dalam kitab I’anatut Thalibin, juzu’ I pagina 158 berkata pengarangnya Syekh Sayid Bakri Syatha :

“Perkataannya, dan sunnat qunut pada salat subuh”, berdasarkan hadits sahih, bahwasanya Rasulullah saw qunut sampai beliau meninggal”.

Keempat

Tersebut dalam kitab Al A’ziz syarah Al Wajiz, berkata pengarangnya Al Qasim Abdulkarim bin Muhammad Ar Rafi’I . pada agina 412 begini :

“Dan Sunnat qunut pada sembahyang subuh”.

Kelima

Tersebut dalam kitab Mahalli juzu I, pagina 157 berkata pengarangnya Syekh Al A’llamah Jalaluddin Mahalli :

“Dan Sunnat qunut pada I’tidal raka’at subuh yang kedua, yaitu allahummahdini fiman hadaita…” dsb dsb.

Keenam

Tersebut dalam kitab Bujairimi, pada juzu’ ke III, pagina 44 begini :

“Yang sunnat dalam sembahyang ialah tasyahhud pertama dan qunut subuh”

Maksudnya di sini ialah sunnat hai-ah

(tambahan dari saya penyalin, Mahrizal, kemungkinan ada salah cetak atau salah tulis, sebab di awal qunut adalah sunnat ab’ad)

Ketujuh

Tersebut dalam kitab Nihayatuz Zein pada pagina 66, berkata pengarangnya Syeikh Nawawi Bantan, seorang ulama Indonesia yang terkenal di Mekkah pada abad yang lalu:

“Dan sunnat qunut dalam salat subuh, yaitu pada i’tidal raka’at yang kedua, sesudah membaca do’a yang biasa”. (Nihayatuz Zein, pagina 66).

Demikianlah dapat diambil kesimpulan bahwa sekalian Ulama-ulama Islam yang menganut Madzhab Syafi’i, –  seumpama penulis buku ini – menulis dalam kitab-kitabnya bahwa qunut pada raka’at kedua dalam sembahyang subuh, adalah sunnat, diberi pahala kalau dikerjakan. Hal ini perlu kami kemukakan supaya pengikut Madzhab Syafi’I di Indonesia bertambah yakin lagi atas ibadahnya selama ini, tak dapat digoyahkan oleh siapapun.

Baca juga Qunut Subuh bukanlah bid’ah

11 pemikiran pada “Pendapat Ulama Tentang Qunut Subuh

  1. Ping balik: Bid’ah kah Qunut Shubuh ? « Mahrizal

    • Mas Benar di Arab saudi tidak memakai doa qunut
      itu karena perbedaan pendapat di kalangan ulama
      perbedaan pendapat adalah hal yang wajar di dalam Fiqih
      ada pendapat ulama yang memakai qunut dalam shubuh ada pula yang tidak
      dan di sana memakai pendapat ulama yang tidak memakai qunut

      terima kasih sudah berkunjung

      Suka

      • Pa Mahrizal : Betul sekali pa, dan memang yang menjadi masalah banyak orang zaman sekarang yang sok tahu… hapal hadits juga nggak, tapi seenaknya membid’ahkan yang qunut shubuh, bahkan saya baca di web2 sampai ada yg mengharamkan berjama’ah dengan imam yang qunut, jelas2 ini adalah pendapat yg ingin memecah umat Islam.
        Dan catatan penting buat kita “BAHWA ISLAM BUKAN KE-ARAB-ARAB-AN”. Islam bukan milik orang Arab, hanya saja Allah memilih utusan2-Nya dari kalangan Arab, karena begitu Jahiliyyahnya masyarakat Arab pada saat itu, bahkan sampai saat ini…..
        Jadi Islam adalah Islam, Arab adalah Arab. Islam adalah milik semua hamba Allah yang beriman, bukan milik orang arab…..
        Wallahu a’lam

        Suka

      • Iya pak Arif…
        saya juga ikut prihatin dengan keadaan sekarang
        banyak web , blog atau buku yang membid’ahkan qunut shubuh
        kasihan sama yang awam langsung percaya
        kita doakan saja pak semoga madzhab syafi’i tetap kuat di bumi pertiwi ini

        Suka

  2. Semuanya bertentangan sahaja …… yg jelas kalau kita qunut dan ihlas karena Allah pasti Allah menambahkan pahala bagi yg melakukannya … bagi yg tidak qunut ya nggak dapat apa apa ….. toh juga gak adakan hadist yang melarang tentang qunut …… lillah aja dehhhhh dan jangan asik dengan perselisihan yg menganggap pendapat diri/kelompoknya yang paling benar …..

    Suka

  3. Landasan hukum bukan perorangan, atau kelompok atau suatu negara. kalaumisalkan Negara israil tidak sholat semua masak mau mengikutinya, kan tidak ?? sedangkan di Arab Saudi fahamnya seperti Syi’ah Wahabi Muktazila masak mau diikuti semua ya kocar kacir alias dak karuan,tinggal arab yang mana apa arabnya versi Nabi atau aarabnya ” ora pati genah ” mana qur’an hadistnya ???

    Suka

  4. mas, saya sependapat dengan anda. o ya mas anda ada ga punya kitab al-qirtsa pi manakibil attas ? saya sdh cari2 itu kitab ga ktemu2

    Suka

Tinggalkan komentar