
Gambaran kota Jakarta, Monas
Aku ada kisah melatarbelakangi judul ini,
Tepatnya hari selasa,27 September 2011 di suatu malam ba’da maghrib aku pulang kerja, aku biasa jalan kaki kalau pulang kerja selain tidak jauh, juga perlu menyebrang jalan dua kali jika naik angkot, nyebrang untuk naik dan nyebrang untuk masuk gang, mana lagi untuk nyebrang tidak mudah karena kendaraan yang ramai dan padat belum jika macet , itu yang menyebabkan aku lebih senang pulang kerja jalan kaki.
Dalam perjalanan ke kontrakan aku melihat ada seorang laki2 umur 40 an tergeletak di trotoar , tepatnya depan gedung PP Plaza Jl. TB Simatupang Pasar Rebo , orang itu mengenakan kaos putih yang sudah lusuh. beberapa orang bertanya2 namun ada yang segera meninggalkannya. ada yang lewat begitu saja tidak menghiraukannya. hanya satu orang yang peduli yakni seorang ibu yang kasihan dia bilang padaku : “kasihan tuh mas, itu orang itu”. ya benar orang itu tergeletak di pinggir jalan belum lama sebelum aku melihat. menurut saksi mata orang itu jatuh tiba2, aku sebenarnya mau menolong, cuma aku posisi sedang pulang kerja masih pakai sepatu dan bawa tas. kata security orang tersebut mungkin lapar sehingga jatuh pingsan.
aku bermaksud menolong namun mau meletakkan dulu tas dan sepatu agar nyaman dalam menolong, sebab kontrakanku tidak jauh dari lokasi itu, tapi setelah melewati ibu tersebut ibu yang melihat orang yang tergeletak itu menjadi kasihan sebab tidak ada orang yang menolong, benar tidak ada yang menolong, entah itu meminumkan air atau membangunkan. Ibu itu bilang padaku ” Mas tolongin dong orang itu, kasihan , itu orang itu “, akhirnya pun aku segera menghampiri orang yang tergeletak jatuh itu, “pak pak” kataku mengguncang2 sedikit tubuhnya, orang itu mengerang, alhamdulillah pikirku, artinya masih sedikit sadar. Security pun datang dan bilang mungkin dia lapar, akhirnya security itu membelikannya air minum Aqua dan roti, security dan aku membangunkan agar duduk dan memberikannya minum, dia pun bangun, dan meminum air tersebut, glek..glek…, botol aqua itu tinggal setengah, haus kali pikirku, dia bilang “Maturnuwun (Terima kasih)”, oh… berarti dia orang jawa,
langsung kutanyai “Bapak mau kemana ” dalam bahasa jawa alus
“Mau cari pekerjaan”
“Bapak dari mana?”
dia langsung mengeluarkan KTP
aku baca, tempat lahirnya Blitar , tinggal di Sidoarjo,
dia cerita , namanya Suyitno, dia dari kampung Sidoarjo mau cari pekerjaan di Jakarta,
“Bapak kenapa tadi?”
“Tidak tahu tiba-tiba saja mataku gelap” jawabnya
mungkin dia haus, lapar, dan kecapean setelah lelah berjalan
“Bapak dari kapan cari kerja ”
“dari hari sabtu”
ya Allah, padahal hari itu hari selasa, berarti sabtu, minggu , senin dan selasa dia cari kerja
dia cerita dia mau kerja proyek, tapi sepanjang jalan dia tidak dapat, sewaktu ketemu dengan pekerjaan proyek dia ditolaknya,
“Bapak masih punya uang?” tanyaku
“tidak, lha wong makan sama tempe, telor, sayur, ko 7.000″
aku memahaminya, mungkin jika di kampung tidak segitu, dia mungkin kaget di Jakarta
“Kapan Bapak datang dari Kampung?”
“Hari Sabtu, naik kereta 45.000”
“Bapak bawa uang berapa dari kampung?”
“60.000” jawabnya
hm.. saat itu aku pikir suatu keputusan yang nekat untuk berangkat ke jakarta dengan uang segitu
“Berarti cari kerja jalan kaki ”
“iya” jawabnya
“katanya cari kerja di jakarta gampang” lanjutnya
“Bapak kapan terakhir makan?” tanyaku
“kemarin”
pantas pikirku dia pingsan mungkin dia kehabisan tenaga , jalan kaki
“sebentar pak ya , tunggu di sini”
aku segera cabut meninggalkan orang itu, orang itu masih dalam keadaan duduk, sementara orang lain tidak menghiraukannya , sementara security kembali sibuk mengurus mobil2 keluar dari gedung, sedangkan yang lain lalu lalang begitu saja, ya beginilah jakarta , tempatnya orang sibuk.
Sesampainya aku di kontrakan aku ceritakan kisah ini pada istri, akhirnya aku bilang
” Mi, minta uang buat bantu orang itu”
istriku mengambilkannya, “Pakai uang sedekah saja sekalian”
aku langsung cabut segera menemui orang tersebut, sambil menggendong anam anakku yang mau ikut, biasa anak kecil.
Masih adakah pak Suyitno? ah masih ada alhamdulillah
aku segera memberikan uang itu padanya, pikirku uang ini mungkin bisa buat makan beliau, aku lihat roti yang dari orang security sudah tidak ada , mungkin sudah dimakan, roti yang dari orang warung pun sudah tidak ada, orang warung ikut memberi satu roti.
“Matur nembah nuwun (Terima kasih sekali) ” setelah menerima uangku
aku lihat wajahnya lusuh, mungkin capek, hanya memakai kaos, celana, sandal dan tas.
“Bapak cari kerja tadi kemana saja”
“tidak tahu saya cari cari saja, tiap ada proyek saya belok dan tanya, tapi jawabannya selalu ‘sudah kebanyakan orang'”
kasihan bapak ini, dari kampung mengadu nasib dengan uang 60 ribu ,
dia merincikan , 45.000 buat kereta, 2.000 beli kopi di atas kereta, 1.000 buat rokok, 7.000 buat makan sewaktu turun dari kereta
“orang-orang bilang itu cari kerja di Jakarta itu gampang” lanjutnya,
“Di sini yang ada stasiun mana ya mas, saya mau pulang saja, mumpung ada uang ”
aku pun memberitahu bahwa stasiun terdekat bernama stasiun jatinegara dari situ naik metromini 53, turun kampung melayu dan nyambung ke jatinegara
“saya mau pulang saja”
aku paham, aku membayangkan mungkin sudah Pak Suyitno sudah lelah
“Mas kerja di mana?”tanyanya
“Deket sini pak di konsultant”
“Bisa masukin saya di kerja proyek ngga?”

Ilustrasi Kerja Proyek
“Maaf pak saya tidak bisa, saya kurang kenal dengan orang-orang proyek ” jawabku, memang aku tak paham dan tak banyak mengenal orang-orang yang kerja di proyek di Jakarta, kalau aku punya teman yang kerja proyek di Jakarta, tidak perlu banyak mikir langsung aku tanyain ke temanku, tapi sayang tidak ada, kakakku pernah kerja proyek di jakarta tapi sekarang di kampung sudah pulang dan tidak tahu kapan lagi ke Jakartanya, pernah pula kenal satu orang proyek mas bram cuma tidak tahu dia dimana dan tidak tahu no hp nya.
“Bapak terakhir makan kapan”
“hari sabtu”
Masya Allah, dari hari sabtu terakhir makan, kemudian berjalan kaki, cari-cari kerja , minggu tidak makan, senin tidak makan, dan selasa tidak makan, baru selasa malam dia dapat roti., Masya Allah…
aku membayangkan aku mungkin tidak kuat…
“Pak di sebelah sana ada warteg, bapak bisa beli di sana” aku memberi tahunya , dia pun mengiyakannya
setelah memberitahu arah stasiun lagi aku pamitan
“ayo nam pulang” ajakku pada anam untuk pulang, aku gedong dia , hup….., aku tinggalkan dia sendiri masih dalam keadaan duduk …. kasihan mungkin masih belum cukup tenaga untuk berdiri
“Umi sudah, sudah aku kasihkan ke orangnya” kataku
“tapi mi… aku kepikiran , dia belum makan nasi dari hari minggu, pasti dia lapar, tadi sempet kepikiran mau beliin tapi takut orangnya pergi, bagaimana kalau aku pergi lagi ke sana buat beliin nasi barangkali orangnya belum pergi”
istrikupun mengiyakannya, ah istri yang baik , selalu seiya sekata dengan suami
tanpa mengajak anakku , aku pun langsung keluar dari kontrakan lagi,
“Abah ikut” kata anam sambil nangis
aku tetep jalan ngebut , maaf nam, abah lagi buru2 mau beli nasi buat orang itu, kasihan
aku menuju warteg dulu setelah aku lihat orangnya masih di sana, selain nasi beserta lauk aku belikan pula teh manis anget yang dibungkus, ya agar tenaganya bertambah kan ada zat besi pikirku
setelah mendapatkan nasi bungkusan aku langsung menemui orang tersebut.
ternyata pak suyitno sudah berdiri mungkin mau siap2,
“Pak ini nasi buat bapak”
“alhamdulillah, maturnuwun”
pak Suyitno langsung makan dengan lahap, setelah mencuci tangannya dengan air aqua botol
sambil makan beliau aku ajak ngobrol
“Bapak di kampung kerja apa”
“buruh tani”
“anak berapa?”
“ada tiga, baru masuk kelas satu SMP, kelas lima SD, dan kelas tiga SD”
“istri bapak kerja”
“buruh nyuci” masih sambil makan dengan lahap
kini aku tahu kenapa beliau membawa hanya 60.000, mungkin beliau membawa uang segitu juga perlu nabung dulu
penghasilan buruh tani dan buruh cuci , buat makan dan sekolah ketiga anak saja sudah untung. apalagi nabung buat ke jakarta maka 60.000 pun termasuk besar bagi mereka
kasihan mereka, aku langsung berpikir mungkin karena yang paling besar sudah masuk SMP dan butuh biaya besar dan penghasilan di kampung tidaklah seberapa akhirnya beliau nekat ke Jakarta demi keluarganya, terlebih mendengar katanya di jakarta cari kerja mudah
“Bapak sebelumnya pernah ke Jakarta?”
“belum, baru kali ini”
“Ini nanti mau pulang”
“Iya , sudah ngga mau mau lagi ke Jakarta, rasanya tidak karuan”
ya aku paham , kasihan Pak Suyitno tidak makan dua hari berjalan tidak ada yang menghiraukan tidak dapat pekerjaan , pasti perih rasanya
“kalau lihat di TV sepertinya di Jakarta enak” lanjutnya
ya aku paham juga memang di TV kadang sering menampilkan jakarta dari sisi gegap gempita nya, padahal tidak semuanya Jakarta seperti itu, kasihan Pak Suyitno sedikit terpengaruh oleh TV,
“Selama itu tidak makan bapak?”
“Tidak, paling kalau ke musholla, sambil minum air krannya”
“Bapak tidurnya bagaimana”
“Ya senemunya, kadang di halte, itu saja tidak tidur bengang bengong”
ah… memang aku lihat bapak ini kurang tidur dari sorot matanya dari wajahnya, sungguh tampak kelelahan
“Bapak sampai mana cari kerja nya dari kemarin?”
“Tidak tahu, kemana mana cari cari, malah menemui lapangan kapal”
“Hah? lapangan kapal?”
“Iya kapal terbang” katanya masih sambil makan

Halim perdana kusuma
oh… aku langsung berpikir pasti halim , iya Halim perdana kusuma, bandara terdekat dari sini adalah Halim
aku membayangkan mungkin istri dan anaknya akan menangis jika tahu kondisi suami dan ayahnya dalam keadaan demikian, mereka di rumah yang berharap2 cemas,
ah kasihan…
setelah menemani beliau makan dan memastikan arah stasiun Jatinegara aku pamitan….
sebetulnya aku kepikiran mau mengajak beliau ke kontrakan , maksudnya kasihan barangkali beliau mau tidur dulu semalam ini dan besok ke stasiun untuk pulang atau barangkali mau shalat isya , mau mandi dsb, tapi aku perlu izin dulu sama istri biar tidak kaget ,
aku pulang dan aku utarakan ingin mengajak Pak Suyitno ke kontrakan , kasihan kataku, istriku pun mengiyakan.

Stasiun Jatinegara
aku langsung berangkat lagi untuk menemuinya, Namun sayang beliau sudah tidak ada di tempat, mungkin sudah naik bis metromini ke stasiun Jatinegara.
Pak Suyitno orang jawa yang polos dan sopan, meski aku lebih muda beliau berbicara denganku dengan bahasa jawa yang halus, semoga Allah melindungimu….
Untuk Pak Suyitno semoga engkau sudah berkumpul kembali di kampung di Sidoarjo sekarang, semoga perjalanan pulangmu kemarin tidak ada hambatan, semoga Allah memberimu jalan petunjuk dan jalan rezeki yang halal dan berkah, sampai jumpa kelak di akhirat…
salam dariku
Mahrizal
sungguh pengalaman pribadi yg bisa menjadi pelajaran untuk aku pribadi.. betapa masih banyak sebenarnya di dunia ini orang yg keadaannya tidak seberuntung aku.. rasa syukur kepada Allah setelah membaca artikel ini atas segala karunia yg diberikan..
dan semoga juga menjadi motivasi untuk kita semua, untuk berusaha lebih, karena kadang kita egois dengan keadaan kita sekarang, kita merasa cukup dengan penghasilan kita untuk kebutuhan kita. padahal masih banyak orang lain yg membutuhkan uluran tangan kita..
kalau kita cukup dg nilai kebutuhan 5, kenapa kita tidak berusaha mendapatkan 20,30, 40 atau lebih..untuk kita 5, selebihnya kita pergunakan untuk membantu orang lain..
semoga kita jadi orang sholeh yang kaya, dan orang kaya yang sholeh (maaf dalam hal ini kaya secara makna memiliki penghasilan lebih, karena definisi kaya itu memang relatif ). sehingga semakin banyak kita bisa membantu dan meringankan beban orang lain, seperti Pak Suyitno ini (Semoga setiap langkahnya dari kampung k jakarta di jadikan amal kebaikan tuk beliau)
sebaik2nya manusia adalah manusia yg banyak bermanfaat untuk yg lain..
maaf kalau komenya kepanjangan
SukaDisukai oleh 1 orang